“Mungkin hanya dalam untaian kata aku mampu bicara, yang mungkin tak lagi seindah berseminya mighrab cinta, tak lagi seindah mentari senja yang begitu memikat mata, memberi kehangatan dalam jiwa, bah melati berbaur kenanga. Keindahan itu kini menusuk ruang jantungku. Membekas dalam bayang semu” Mungkin sepengal puisi itulah yang mampu melukiskan hatiku yang tak mampu mengungkapkan rasa. Ini adalah pagi baruku untuk menghirup kembali udara kebebasan. Tapi nampaknya aku belum ingin beranjak dari tempat tidurku. Merpati ini merasa terlalu lelah setelah menjalani proses panjang persidangan. Berbalut kain tebal yang terasa begitu nyaman, ku sembunyikan sepasang bola mata yang lembab. Tapi beginilah tidurnya seekor anak ayam. Meski mata terpejam, batin masih menggumam. Terdengar begitu jelas suara orang-orang yang sedang membicarakan fonis yang di jatuhkan hakim kepadaku. Mereka yang sedang bersuka ria merayakan kemenanganku. Namun bagiku itu adalah kekalahanku. Tapi...