Makalah pengertian membaca dan menulis serta pembelajaranya
PENGERTIAN MEMBACA DAN MENULIS
SERTA PEMBELAJARANNYA
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Pembelajaran Membaca-Menulis yang diampu oleh bapak Setia Naka Andrian
Disusun Oleh:
1. Linda Safitri NPM
13410002
2. Irma Oktavia NPM
13410025
3. Noor Siti Khoiriyah NPM 13410033
Kelas:
5A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
2015
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah serta inayahnya kepada kami. Sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah yang judul “Pengertian Membaca dan Pembelajaranya
serta Pengertian Menulis dan Pembelajaranya” dengan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih memiliki banyak kekurangan, Oleh
karena itu kami membutuhkan kritik ataupun saran demi perbaikan. Harapan kami
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh pembaca.
Hormat kami,
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
JUDUL........................................................................................................
KATA PENGANTAR................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah..................................................................
B. Rumusan Masalah...........................................................................
C. Tujuan..............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Hakikat Membaca...........................................................................
B.
Pengertian Membaca.......................................................................
C. Pembelajaran
Membaca..................................................................
D.
Hakikat Menulis..............................................................................
E.
Pengertian Menulis..........................................................................
F.
Pembelajaran Menulis......................................................................
BAB III PENUTUP
A.
Simpulan...........................................................................................
B.
Saran.................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
|
1
2
3
4
4
4
5
5
9
10
11
12
17
18
19
|
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sebuah
pembelajaran pastinya tidak terlepas dari sebuah kegiatan membaca maupun
menulis. Kedua kegiatan tersebut dapat dikatakan sebagai aspek dasar dalam
pembelajaran. Oleh karena itu seorang guru harus mampu memiliki ketrampilan,
kompetensi dalam mengembangakan pembelajaran membaca maupun menulis.
Membaca
merupakan aktivitas atau proses penangkapan dan pemahaman sejumlah pesan
(informasi) dalam bentuk tulisan. Dengan demikian membaca merupakan kegiatan
yang penting bagi seseorang yang ingin meningkatkan diri untuk memperluas
wawasannya.
Sedangkan
menulis adalah salah satu media yang digunakan seseorang dalam menyampaikan
pesan secara tidak langsung. Oleh karena itu pembelajaran menulispun sangat
penting karena berkaitan dengan bagaimana seseorang berinteraksi maupun
berkomuniakasi.
Kedua aspek
tersebut tidak dapat dipisahkan dan
memiliki keterkaitan dalam sebuah pembelajaran. Oleh karena itu kita harus
mengetahui apa itu membaca dan menulis serta bagaimanakah pembelajaranya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian membaca?
2. Bagaimana pembelajaran membaca?
3. Apa pengertian menulis?
4. Bagaimana pembelajaran menulis?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian membaca.
2. Untuk mengetahui pembelajaran membaca.
3. Untuk mengetahui pengertian menulis.
4. Untuk mengetahui pembelajaran menulis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Membaca
1. Proses pengubahan lambang visual (katon)
menjadi lambang bunyi (auditoris).
2. Proses decoding, yakni mengubah kode-kode atau
lambang-lambang verbal menjadi bunyi bahasa yang dapat dipahami (proses
pembacaan sandi).
3. Proses merekonstruksi makna dari bahan-bahan
cetak (proses pemetikan informasi).
4. Proses rekonstruksi makna melalui interaksi
yang dinamis antara pengetahuan siap pembaca, informasi yang tersaji dalam
bahasa tulis, dan konteks bacaan.
Membaca merupakan aktivitas atau proses penangkapan dan
pemahaman sejumlah pesan (informasi) dalam bentuk tulisan. Membaca adalah
kegiatan otak untuk mencerna dan memahami serta memaknai simbol-simbol sehingga
merangsang otak untuk melakukan olah fikir memahami makna yang terkandung dalam
rangkaian simbol-simbol tersebut.
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta
digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh
penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis (H.G Taringan, 1985:7).
Dengan demikian membaca merupakan kegiatan yang penting bagi seseorang yang
ingin meningkatkan diri untuk memperluas wawasannya.
B. Pengertian Membaca
1. Pengertian Membaca Menurut Para Ahli
a. Tilaar (1999:382), bahwa membaca sesungguhnya
adalah fondasi dari proses belajar. Masyarakat yang gemar membaca (reading
society) akan melahirkan masyarakat belajar (learning society),
karena membangun perilaku dan budaya membaca adalah kunci untuk membangun masyarakat
ilmu pengetahuan (knowledge society) yang berbasis pada pengembangan
kualitas sumber daya manusia.
b. Farr (1984:5) mengemukakan, “Reading is
Heart of Education” yang artinya membaca merupakan jantung pendidikan.
Dalam hal ini, orang yang sering membaca, pendidikanya akan maju dan ia akan
memiliki wawasan luas. Tentu saja hasil membacanya itu akan menjadi skema
baginya. Skema ini adalah pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki seseorang.
Jadi, semakin sering seorang membaca, maka semakin besarlah peluang mendapatkan
skema dan berarti maju pulalah pendidikanya. Hal inilah yang melatarbelakangi
banyak orang yang mengatakan bahwa membaca sama dengan membuka jendela dunia.
Dengan membaca kita dapat mengetahui seisi dunia dan pola berpikir kita pun
akan berkembang.
c. Andeson (1972:209-210) menjelaskan, bahwa
membaca adalah suatu proses penyadian kembali dan pembacaan sandi (a
recording and decoding process). Istilah penyandian kembali (recording)
digunakan untuk mengantikan istilah membaca (reading) karena mula-mula
lambang tertulis diubah menjadi bunyi, baru kemudian sandi itu dibaca,
sedangkan pembacaan sandi (decoding process) merupakan suatu penafsiran
atau interprestasi terhadap ujaran dalam bentuk tulisan. Jadi, membaca itu
merupakan proses membaca sandi berupa tulisan yang harus diinterpestasikan
maksudnya sehingga apa yang diinginkan oleh penulisnya dapat dipahami dengan
baik.
d. Menurut Harjasujana dan Mulyati (1997:5-25),
membaca merupakan perkembangan ketrampilan yang bermula dari kata dan berlanjut
kepada mmebaca kritis.
e. Damaianti (dalam Harras,dkk., 2003:3)
mengemukakan bahwa membaca merupakan hasil interaksi antara persepsi terhadap
lambang-lambang yang mewujudkan bahasa melalui keterampilan berbahasa yang
dimiliki pembaca dan pengetahuanya tentang alam sekitar.
f. Rusnyana (1984:190) mengartikan membaca
sebagai suatu kegiatan memahami pola-poladalam penampilanya secara tertulis
untuk memperoleh informasi darinya.
g. Sejalan dnegan beberapa pendapat di atas,
Klein,dkk. (dalam Rahim, 2005:3) mengemukakan bahwa membaca mencakup: pertama,
membaca merupakan suatu proses. Maksudnya adalah informasi dari teks atau
pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam
membantuk makna. Kedua, membaca adlah strategis. Pembaca yang afektif menggunakan
berbagai strategi, membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka
mengontruk makna ketika membaca. Ketiga, membaca interaktif. Keterlibatan
pembaca dengan teks tergantung pada konteks. Orang yang senang membaca suatu
yang bermanfaat, akan menemukan beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks
yang dibaca seseorang harus mudah dipahami (readable) sehingga terjadi
interaksi antara pembaca dan teks. Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa
mambaca merupakan proses memahami kata dan memadukan arti kata dalam kalimat
dan struktur bacaan, sehingga pembaca mampu memahami isi teks yang dibacanya
dan pada akhirnya dapat merangkum isi bacaan tersebut dengan menggunakan bahsa
sendiri.
h. Menuruit Tarigan (2008), membaca adalah proses
yang dilakukan serta dipergunakanoleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendk
disampiakn oleh penulis media kata-kata/bahasa itu. Dalam hal ini, membaca
adalah suatu usaha untuk menelusuri makna yang ada dalam tulisan.
2. Pengertian Membaca Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia
Membaca adalah
melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan maupun
hanya dalam hati).
3. Pengertian Membaca Secara Umum
Membaca
merupakan kegiatan atau proses menerapkan sejumlah ketrampilan teks bacaan
dalam rangka memahami isi bacaan. Oleh sebab itu, membaca dapat dikatakan
sebagai kegiatan memperoleh informasi atau pesan yang disampiakan oleh penulis
dalam tuturan bahasa tulis. Di sini membaca berarti memahami teks bacaan baik
secara literal, interpretatif, kritis, maupun kreatif.
Membaca dapat
pula dikatakan sebagai sutau proses memperoleh informasi dengna menggunkan
teknik membaca yang sesuai dengan bahan bacaan agar informasi yang didapat
sesuai dengan tujuan membaca. Oleh karena itu, membaca harus sesuai dengan
tujuan membaca.
Membaca
merupakan suatu kegiatan atau proses kognitif yang berupaya untuk menemukan
berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan. Hal ini berarti membaca
merupakan proses berpikir untuk memahami isi teks yang dibaca. Oleh sebab itu,
membaca bukan sekedar melihat kumpulan huruf yang telah membentuk kata,
kelompok kata, kalimat, paragraf, dan wacana saja, tetapi lebih dari itu bahwa
membaca merupakan kegiatan memahami dan menginterpretasikan lambang/ tanda/
tulisan yang bermakna sehinga pesan yang disampaikan penulis dapat diterima
oleh pemmabaca.
Membaca adalah
proses perubahan bentuk lambang/tanda/tulisan menjadi wujud bunyi yang
bermakna. Oleh sebab itu, kegiatan membaca ini sengat ditentukan oleh kegiatan
fisik dan mental yang menuntut seseornag untuk menginterpretasi simbol-simbol
tulisan dengan aktif dan kritis sebagai pola komunikasi dengan diri sendiri,
agar pembaca dapat menemukan makna tulisan dan memperoleh infomasi yang
dibutuhkan.
Pada dasarnya,
membaca merupakan proses. Murn, Roe, & Ross (dalam Damaianti, 2003)
memasukkan proses membaca itu sendiri atas proses membaca dan produk membaca.
Proses membaca adalah tindakan/kegiatan membaca, sedangkan produk membaca adalah
kopmunikasi pikiran dan perasaaan penulis pada pembaca.
Dalam kegiatan
membaca, pembaca harus dapat: (1) mengamati lambang yang disajikan di dalam
teks, (2) menafsirkan lambang atau kata, (3) mengikuti kata tercetak dengan
pola linier, logis, dan gramatikal, (4) menghubungkan kata dengan pengalaman
langsung yang memberi makna terhadap kata tersebut, (5) membuat interfensi
(kesimpulan) dan mengevaluasi materi bacaan, (6) mengingat yang dipelajari pada
masa lalu dan menggambungkan ide-ide baru dan fakta-fakta isi teks, (7)
mengetahui hubungan antara lambang dan
bunyi, serta antarkata yang dinyatakan dalam teks, dan (8) membagi perhatian
membaca (Haejasujana dan Damaianti, 2003:40-43). Sebagai pembaca yang baik,
kedelapan kegiatan membaca di atas perlu diperhatikan agar informasi yang
terkandung dalam teks dapat kita pahami.
C. Pembelajaran Membaca
Membaca itu
bersifat reseptif. Artinya si pembaca menerima pesan atau informasi yang
disampiakan oleh penulis dalam sebuah teks bacaan. Pesan yang disampaikan itu
merupakan informasi fokus yang dibutuhkan. Dalam hal ini, si pembaca haruis
mampu memahami makna/lambnag/tulisan dalam teks berupa kata, kelompok kata,
kalimat, paragraf, ataupun wacana yang utuh. Jadi membaca merupakan proses
mengubah lambang/ tanda/ tulisan menjadi wujud makna.
Disekolah,
pembelajaran membaca perlu difokuskan pada asek kemampuan memahami isi bacaan.
Oleh sebab itu, siswa perlu dilatih secara intensif untuk memahami sebuah teks
bacaan. Hal ini berarti siswa bukan mengahafal isi bacaan tersebut, melalainkan
memahami isi bacaan. Dalam hal ini, pesan guru sangat besar berpengaruh
terhadap kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan.
Guru bahasa
Indonesia sebaiknya mengajarkan kepada siswa tentang strategi, metode, dan
teknik membaca yang baik sehingga siswa mampu memahami isi bacaan dengan baik
pula.
Begitu juga
halnya dengan ujian ketrampilan membaca, sebaiknya ujian tersebut lebih
ditekankan pada kemmapuan memahami isi bacaan, yaitu berupa kemampuan:
1. Memahami makna kata-kata yang dibaca;
2. Memahami makna istilah-istilah di dalam
konteks kalimat;
3. Memahmai inti sebuah kalimat yang dibaca;
4. Memahmai ide, pokok pikiran, atau tema dari
suatu paragraf yang dibaca;
5. Menangkap dan memahami beberapa pokok pikiran
dari suatu wacana yang dicaba, dan menarik kesimpuulan dari suatu wacana yang
dibaca;
6. Membuatrangkuman isi bacaan sevcara tertulis
dengan mengguankan bahasa sendiri;
7.
Menyampikan hasil pemahaman isi bacaan dengan menggunakna bahsa sendiri di
depan kelas.
Sebagai seorang guru bahasa Indonesia, ia harus mampu
menerapkan ujian ketrampilan membaca tersebut dengan baik sehingga kemampuan
memahami isi abcaaan [ada siswa dapat diukur dan dinilai baik secara
kuantitatif maupun kualitatif. Dengan demikian, kita dapat mengatahui kemampuan
siswa dalam memahami sisi bacaan yang dibacanya.
D. Hakikat Menulis
Menulis ialah
menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu
bahasa yang dipahami seseorang sehingga orang lain dapat membaca
lambang-lambang grafik tersebut yang di dalamnya mengandung pesan yang dibawa
penulis. Pesan yang dibawa oleh penulis melalui gambar huruf-huruf disebut
karangan. Karangan sebagai ekspresi pikiran, gagasan, pendapat, pengalaman
disusun secara sistematis dan logis (Sutari, 1997:26)
Seseorang yang
terampil menulis tanpa terampil mengarang tidak mempunyai arti sebab tidak ada
yang dinikmati pembaca. Sebaliknya, terampil mengarang belum tentu terampil
menulis karena dalam mengarang yang terlibat hanya ekspresi atau imajinasi. Hal
tersebut dapat dilakukan baik melalui bahasa lisan maupun tulis. Akan tetapi,
jika terampil menulis berarti harus terampil mengarang karena ada karangan yang
dihasilkan sebagai ekspresi pikiran dan perasaan. Dengan kata lain, mengararang
merupakan bagian dari menulis. Keduanya saling melengkapi.
E. Pengertian Menulis
1. Pengertian Menulis Menurut Para Ahli
a. Tarigan (1986:3), menulis merupakan suatu
keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak
langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis adalah menurunkan
atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang
dapat dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca dan memahami
lambang-lambang grafik itu (Tarigan, 1982:21).
b. Menurut Akhadiah, dkk. (1988:2) menulis adalah
kemampuan kompleks yang menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan. Dengan
menulis, penulis terdorong untuk terus belajar secara aktif. Penulis menjadi
penemu sekaligus pemecah masalah bukan sekadar menjadi penyadap informasi dari
orang lain. Penulis akan lebih mudah memecahkan permasalahannya, yaitu
menganalisisnya secara tersurat dalam konteks yang lebih kongkret. Kegiatan
menulis yang terencana akan membiasakan kita berpikir serta berbahasa secara
tertib.
c. Suriamiharja, dkk. (1996:2) menulis, seperti
halnya ketiga keterampilan berbahasa lainnya, merupakan suatu proses perkembangan.
Menulis menuntut pengalaman, waktu, kesempatan, latihan,
keterampilan-keterampilan khusus, dan pengajaran langsung menjadi seorang
penulis. Menulis menuntut gagasan-gagasan yang tersusun secara logis,
diekspresikan secara jelas, dan ditata secara menarik. Selanjutnya, menuntut
penelitian yang terperinci, observasi yang saksama, pembeda yang tepat dalam
pemilihan judul, bentuk, dan gaya. Dalam menulis diperlukan adanya suatu bentuk
ekspresi gagasan yang berkesinambungan dan mempunyai urutan logis dengan
menggunakan kosakata dan tatabahasa tertentu atau kaidah kebahasaan yang
digunakan sehingga dapat menggambarkan atau menyajikan informasi yang
diekspresikan secara jelas. Itulah sebabnya untuk terampil menulis diperlukan
latihan dan praktik yang terus-menerus dan teratur .
2. Pengertian Menulis Secara Umum
Menulis
merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis,
penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata.
Keterampilan menulis tidak datang secara otomatis, melainkan harus melalui
latihan dan praktik yang banyak dan teratur.
Menulis
merupakan suatu medium yang penting untuk mengekspresikan diri pribadi, untuk
berkomunikasi, dan untuk menemukan makna. Kebutuhan-kebutuhan tersebut semakin
bertambah oleh adanya perkembangan media baru untuk komunikasi masa. Oleh
karena itu praktik, latihan, dan studi menulis tetap merupakan bagian yang
penting dari kurikulum sekolah dan menjadi bagian sentral dalam pengajaran
bahasa Indonesia.
Menulis
merupakan proses bernalar. Untuk menulis suatu topik, penulis harus berpikir,
menghubungkan berbagai fakta, membandingkan, dan sebagainya. Berpikir merupakan
kegiatan mental. Ketika penulis berpikir, dalam benak penulis timbul
serangkaian gambaran tentang sesuatu yang tidak hadir secara nyata. Kegiatan
ini tidak terkendali terjadi dengan sendirinya dan tanpa kesadaran. Kegiatan
yang lebih tinggi dilakukan secara sadar, tersusun dalam urutan yang saling
berhubungan, dan tujuan untuk sampai pada suatu simpulan. Jenis kegiatan
berpikir yang terakhir inilah yang disebut kegiatan bernalar. Proses bernalar
atau penalaran merupakan proses berpikir sistematik untuk memperoleh simpulan
berupa pengetahuan.
F. Pembelajaran Menulis
Pembelajaran
menulis adalah upaya membantu dan mendorong siswa mengekspresikan bahasa dalam
bentuk tulis, atau komponen yang disiapkan pendidik untuk menghasilkan
perubahan tingkah laku dalam pembelajaran menulis.
Menulis
merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang bersifat produktif,
artinya merupakan keterampilan yang menghasilkan tulisan. Keterampilan yang
memerlukan proses panjang dan ketekunan dari si penuls.
Dalam
pembelajaran menulis selama ini, umumnya guru hanya menerangkan hal-hal yang
berkenaan dengan teori. Sementara pelatihan menulis kurang diperhatikan.
Penggunaan tanda baca, kalimat yang efektif, paragraf yang baik kurang mendapat
perhatian dari guru.
1. Pemilihan Materi Pembelajaran
Sebelum
melaksanakan pembelajaran, guru diharuskan memilih materi pembelajaran yang
telah ditentukan dalam kurikulum. Guru
pun akan mencari buku sumber yang tepat. Dewasa ini, guru banyak mengambil
sumber dari buku paket. Cara inilah tampaknya yang paling mudah dilakukan oleh
guru. Hal itu dapat saja dilakukan sepanjang dapat menunjang pencapaian tujuan
pembelajaran secara efektif dan efisien. Akan tetapi, tentu saja kesadaran ini
jangan sampai mengakibatkan guru terlalu bergantung pada buku paket atau buku
pegangan, sehingga ia tidak mampu lagi mengajar tanpa buku paket. Guru dapat
juga menggunakan sumber pembelajaran dari Koran, majalah, atau benda asli di
lingkungan sekolah.
Ada beberapa
langkah yang harus dilakukan guru untuk menggunakan buku paket atau buku
pegangan guru sebagai bahan pengembangan pembelajaran menulis di sekolah.
Langkah-langkah tersebut di antaranya:
a.
Menelaah
gambaran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SK-KD) yang telah ditetapkan.
b.
Menelaah
buku paket atau buku pegangan guru. Hal yang harus diperhatikan antara lain
sebagai berikut.
1)
Ketepatan
dan kelengkapan isi atau uraian pokok bahasan yang ada dalam SK-KD.
2)
Keterkaitan
isi buku dengan SK-KD yang harus dicapai.
3)
Kesesuaian
cara pembahasan dengan kemampuan berpikir siswa.
4)
Kemungkinan
dapat dimiliki oleh siswa.
5)
Kemudahan
cara mencarinya.
c.
Menyusun
rencana pembelajaran sesuai dengan pola yang telah digariskan.
d.
Menyiapkan
alat bantu (media) pembelajaran dengan memperhatikan kemudahan, keterkaitan
dengan SK-KD, keterkaitan dengan materi, dan daya tarik bagi siswa.
Pemilihan materi pembelajaran menulis harus memperhatikan hal-hal
berikut.
a.
Keterampilan menulis yang bagaimana yang harus dikuasai siswa?
b.
Jenis tulisan apa saja yang perlu dilatihkan kepada siswa?
c.
Apa yang harus dilakukan oleh guru dalam pembelajaran?
Jika
pertanyaan-pertanyaan itu dapat dijawab, pembelajaran menulis dapat
dikembangkan dan lebih bermanfaat.
2.
Metode
dan Media Pembelajaran
Metode apa yang
tepat digunakan bagi pembelajaran menulis? Dalam pembelajaran menulis tingkat
awal (SMP), guru dapat menggunakan metode terbimbing.
Marcela Frank
dalam Sampurno (2003:64) memberikan langkah-langkah menulis terbimbing sebagai
berikut.
1)
Langkah
1: Tahap berbicara menulis
Langkah
ini merupakan langkah prapenulisan. Siswa berdiskusi tentang topic yang sudah
diberikan kerangkanya oleh guru.
2)
Langkah
2: Tahap menyimak menulis
Sesudah menulis karangannya, siswa akan memperoleh kertas dari guru yang
harus diisi dengan komentar mereka tentang karangan temannya serta membuat
koreksi yang dianggap perlu. Setelah itu mereka harus berlatih lagi tentang
struktur dan kosakata yang berkaitan dengan subyek yang ditulisnya. Akhirnya
mereka menuliskan ringkasan yang berkaitan dengan karangannya.
3)
Langkah
3: Diskusi berpasangan
Sesudah diskusi
kelas, siswa melanjutkan diskusinya secara berpasangan.
4)
Langkah
4: Menulis karangan
Siswa disuruh
menulis karangan sesuai dengan kerangka yang telah didiskusi-kan. Mereka
mencoba mengerjakannya sendiri dan tidak diperkenankan mengutip sumber-sumber
dari luar.
5)
Langkah
5: Proses penguatan
Setelah karangan diserahkan dan diperiksa guru, guru harus
memberikan penguatan. Kesalahan yang sekiranya dapat dibetulkan oleh siswa,
guru tidak perlu membetulkannya. Guru cukup memberikan tanda lingkaran pada
bentuk atau kata yang dianggap salah itu.
3.
Evaluasi
Pembelajaran
Sampurno (2003:68),
menjelaskan ada beberapa metode untuk menilai sebuah tulisan siswa sebagai
berikut.
Pertama, metode impresi. Metode ini mendasarkan penilaiannya pada impresi
atau kesan terhadap karangan secara keseluruhan. Pada umumnya, dua atau tiga
orang menilai setiap karangan. Hasil penilainya dijumlahkan dan diambil
rata-ratanya. Jika ternyata perbedaannya mencolok, perlu diadakan pemeriksaan
ulang. Untuk itu, perlu diadakan diskusi sehingga tercapai kata sepakat tentang
karangan yang dinilai tersebut. Penilaian karangan dengan metode impresi
biasanya menggunakan skala penilaian dengan rentangan yang ditentukan antara
penilai. Rentangan nilai itu dapat berkisar antara 0 sampai dengan 5; 0 sampai
dengan 10; 0 sampai dengan 20; 0 sampai dengan 100. Penilai diberi waktu khusus
untuk menilai sejumlah karangan, misalnya 20 karangan diberi waktu kira-kira
satu jam.
Kedua, metode analitik. Metode ini biasanya digunakan guru-guru
yang sukar mencari teman guru lain untuk menilai karangan siswanya. Penilaian
analitik didasarkan pada suatu norma atau aspek tertentu yang akan dinilai.
Misalnya, aspek karangan yang akan dinilai ialah aspek ejaan, tata bahasa,
kelancaran, dan relevansi. Setiap karangan dapat dinilai dengan menggunakan
rentangan 1 sampai dengan 5. Supaya memperoleh hasil yang baik, perlu adanya
pembobotan untuk tiap aspek. Pada tataran elementer, misalnya, penilai
memusatkan perhatiannya pada aspek tata bahasa dan kosakata dan kurang
memperhatikan kelancaran. Pada tataran menengah, penilai mungkin memusatkan
perhatiannya pada relevansi. Oleh sebab itu, ia memutuskan untuk memberi bobot
10 untuk relevansi, sedangkan aspek yang lain diberi bobot 5. pada tataran lanjut,
penilai memusatkan perhatiannya pada organisasi karangan yang belum termasuk
aspek yang dinilai pada tataran sebelumnya. Mungkin juga penilai akan
memasukkan register sebagai aspek yang baru serta akan menggabungkan aspek
ejaan dengan aspek kelancaran.
Ketiga, metode menghitung kesalahan atau metode mekanis. Metode ini
dianggap yang paling mekanis di antara ketiga metode yang ada. Akan tetapi,
metode ini tidak dianjurkan pemakaiannya karena dianggap kurang sahih. Prosedur
penilaiannya ialah dengan cara menghitung kesalahan yang dibuat siswa secara
keseluruhan.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Hakikat Membaca
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta
digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh
penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis (H.G Taringan, 1985:7).
2. Pengertian Membaca
Membaca adalah proses perubahan bentuk
lambang/tanda/tulisan menjadi wujud bunyi yang bermakna
3. Pembelajaran Membaca
Disekolah,
pembelajaran membaca perlu difokuskan pada asek kemampuan memahami isi bacaan.
Oleh sebab itu, siswa perlu dilatih secara intensif untuk memahami sebuah teks
bacaan. Hal ini berarti siswa bukan mengahafal isi bacaan tersebut, melalainkan
memahami isi bacaan. Dalam hal ini, pesan guru sangat besar berpengaruh
terhadap kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan.
4. Hakikat Menulis
Menulis ialah
menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu
bahasa yang dipahami seseorang sehingga orang lain dapat membaca
lambang-lambang grafik tersebut yang di dalamnya mengandung pesan yang dibawa
penulis.
5. Pengertian Menulis
Menulis
merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi
secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.
6. Pelajaran Menulis
Pembelajaran
menulis adalah upaya membantu dan mendorong siswa mengekspresikan bahasa dalam
bentuk tulis, atau komponen yang disiapkan pendidik untuk menghasilkan
perubahan tingkah laku dalam pembelajaran menulis.
B. Saran
1. Ketrampilan membaca dan menulis dapat
dikatakan sebagai tahap dasar dalam pembelajaran. Oleh karena itu seorang guru
haruslah mampu menguasai ketrampilan membaca dan menulis.
2. Seorang guru diharapkan tidak hanya mampu
menguasai ketrampilan membaca maupun menulis saja namun mampu mengembangkan dan
memberikan pengembangan kepada peserta didiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Sugihartati, Drs.Rahma. 2010. Membaca, Gaya
Hidup dan Kapitalisme. Yogjakarta: Graha Ilmu.
Dalman,Dr.H.
2013. Ketrampilan Membaca. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca
Sebagai Suatu Keterampilan Bahasa. Bandung: Percetakan Angkasa.
Hatami, Chaerul.
2011. Pengertian Membaca Menurut Beberapa Ahli.
Alwasilah, Ch. (2005). Pokoknya Menulis: Cara Baru
Menulis dengan Metode Kolaborasi. Bandung: PT Kiblat Buku Utama.
Kurniawan, K. (2004). “Pembelajaran Menulis dengan
Menggunakan Pendekatan Proses”. Jurnal Mimbar Pendidikan No. 2 Tahun XXIII
2004.
Kurniawan, K. (2000). “Pembaharuan Pendidikan
Baca-Tulis Menuju Masyarakat Madani”, Jurnal Pendidikan Mimbar Pendidikan,
Universitas Pendidikan Indonesia, No. 1 Tahun XIX 2000.
Sampurno, A.
(2003). Menulis. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Sutari, I.
(1997). Dasar-dasar Kemampuan Menulis. Bandung : FPBS IKIP.
Tarigan, H.G. (1983). Menulis Sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
ijin Copy kaka ;)
BalasHapusijin copy
BalasHapusIjin copy kakak🙏
BalasHapusIzin copy kak:)
BalasHapus