Karya Tulis Ilmiah



NILAI ESTETIKA DAN NILAI MORAL PADA NOVEL  ASSALAMU’ALAIKUM BEIJING  KARYA ASMA NADIA
Oleh
Noor siti Khoiriyah (13410033) , Jihan Primadhiyanti (13410010) , Devi Novali Arisanti (13410037) , Dwi Setiyani (13410015)
Kelas 4A

ABSTRAK
Analaisis terhadap nilai keindahan atau nilai estetika dan nilai moral cukup penting karena menyangkut sesuatu yang dianggap indah dan memiliki sebuah nilai kepribadian yang ada dalam sebuah masyarakat. Tujuan penulisan yang pertama adalah untuk mendeskripsikan nilai keindahan atau nilai estetika pada novel Assalamu’alaikum Beijing karya Asma Nadia. Sedangkan tujuan penulisan kedua adalah untuk mendeskripsikan nilai moral pada novel Assalamu’alaikum Beijing.
Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah metode content analysis atau analisis isi. Metode analisis isi berhubungan dengan isi komunikasi baik secara verbal dalam bentuk bahasa, maupun nonverbal seperti arsitektur, pakaian. Dalam metode analisis isi sendiri dibagi menjadi dua yaitu isi laten dan isi komunikasi. Isi laten adalah isi yang terkandung dalam dokumen dan naskah, sedangkan isi komunikasi adalah pesan yang terkandung sebagai akibat komunikasi yang terjadi.
Sumber data penelitian ini adalah novel Assalamu’alaikum Beijing. Data berupa kutipan kalimat di dalam novel yang menunjukkan adanya nilai estetika dan  moral.
Kata kunci: nilai estetika, nilai moral.

A.    PENDAHULUAN
Karya sastra adalah sebuah struktur yang sangat komplek. Dalam hubungannya dengan kehidupan, sastra adalah ekspresi kehidupan manusia yang tidak terlepas dari akar masyarakatnya. Kehidupan yang dituangkan dalam karya sastra mencakup hubungan manusia dengan lingkungan dan masyarakat, hubungan sesama manusia, hubungan manusia dengan dirinya, dan hubungan manusia dengan Tuhan. Meskipun demikian, sastra tetap diakui sebagai sebuah ilusi atau khayalan dari kenyataan. Sastra tidak akan semata-mata menyodorkan fakta secara mentah. Sastra bukan sekedar tiruan kenyataan, melainkan kenyataan yang telah ditafsirkan oleh pengarang dari kehidupan yang ada disekitarnya. Jadi, karya sastra adalah pengejawantahan kehidupan hasil pengamatan sastrawan atas kehidupan sekitarnya (Suharianto, 1982:11).
Sastra ditulis atau diciptakan oleh seorang pengarang bukan sekedar dibaca sendiri, melainkan ada ide gagasan, pengalaman dan amanat serta nilai-nilai yang ingin disampaikannya kepada pembaca. Pengarang berharap apa yang dituangkannya dapat menjadi sebuah masukan, sehingga pembaca dapat mengambil nilai-nilai kehidupan dan mampu menginterprestasikannya dalam kehidupan nyata. Menurut George Santayana (dalam Hasan dan Dendy, 2002:233) sastra dapat juga berperan sebagai penuntun hidup.
Novel sebagai salah satu karya sastra, merupakan sarana atau media yang menggambarkan apa yang ada didalam pikiran pengarang. Ketika seorang pengarang akan memunculkan nilai-nilai moralitas dalam karyanya, data-data atau informasi yang ia kemukakan bisa berasal dari orang lain maupun dari pengalamannya sendiri. Nilai-nilai tersebut adalah sebuah refleksi pandangan dari bagaimana tingkah laku manusia dalam bermasyarakat. Informasi-informasi yang telah diperoleh dan disertai dengan pengalaman kemudian ia bentuk dalam sebuah kehidupan fiksi berbentuk cerita panjang, yang mengetengahkan tokoh-tokoh dan menampakkan serangkaiaan peristiwa dan latar (setting) secara terstruktur (Nor, 2004:26). Melalui tokoh-tokoh dan beragam rangkaian cerita, pembaca diharapkan dapat mengambil hikmah dari pesan-pesan yang disampaikan atau diamanatkan. Pengarang berusaha agar pembaca mampu memperoleh nilai-nilai tersebut dan bisa merefleksikannya dalam kehidupan.
Dalam novel banyak kita jumpai nilai-nilai kehidupan, salah satunya adalah moral. Moral merupakan perbuatan atau tindakan yang dilakukan sesuai dengan ide-ide atau pendapat—pendapat umum yang diterima yang meliputi kesatuan social lingkungan-lingkungan tertentu (Aminuddin, 2009:153). Penggambaran moral yang ada dalam novel bisanya tak jauh tak jauh dari lingkungan kehidupan pengarang. Dari sanalah digambarkan bagaimana perilaku kehidupan masyarakat yang tampak, tentang pengambaran baik buruknya akhlak manusia dalam bertingkah laku. Moral adalah ajaran baik buruk yang diterima umum menjadi perbuatan sikap kewajiban akhlak budi pekerti dan susila (Nurgiyantoro: 2007: 320-321).
Sejalan dengan pemikiran (Sudjiman, 1990:55) yang menyatakan bahwa novel adalah prosa rekaan yang panjang, menyuguhkan tokoh-tokoh, dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar belakang secara terstruktur. Dalam novel memiliki dua unsur yang membangun sebuah novel, kedua unsur tersebut adalah unsur instrisik dan unsur ektrinsik. Keterpaduan berbagai unsur-unsur baik intrinsik maupun ekstrinsik  ini akan menjadikan sebuah novel yang memiliki sebuah keindahan atau nilai estetika tersendiri.
Menurut Ratna (2011: 141), estetika sastra adalah aspek-aspek keindahan yang terkandung dalam sastra. Pada umumnya, aspek-aspek keindahan sastra didominasi oleh gaya bahasa. Aspek-aspek keindahan lain yang terkandung dalam komposisi, seperti keseimbangan susunan alenia, bab, dan subbab, susunan bait, keseimbangan anatara dialog dengan improvisasi dalam drama, nada dan irama suara tukang cerita dalam dongeng. Secara fisik, aspek  estetika paling jelas ditandai melalui kover buku.
Assalamu’alaikum Beijing, merupakan salah satu novel yang mendapatkan respon positif dari peminat sastra, salah satu buktinya adalah novel Assalamu’alaikum Beijing juga difilmkan. Tingginya apresiasi masyarakat terhadap novel Assalamu’alaikum Beijing maupun filmnya menjadikan novel tersebut masuk ke dalam jajaran novel cinta islami pembangun jiwa.
Isi novel Assalamu’alaikum Beijing menegaskan tentang keyakinan terhadap cinta, bahwa cinta bukan tentang lamanya menjalin hubungan, akan tetapi sebuah proses dari perkenalan, adaptasi, kesamaan selera, kebersamaan melewati berbagai ujian yang semuanya mensyaratkan tahapan waktu.
Penggunaan diksi yang sederhana dan mudah dicerna memberikan kemudahan kepada pembaca dalam memahami maksud yang ingin disampaikan oleh penulis. Penggunaan diksi dalam setiap puisi di pembuka bab membuat daya tarik tersendiri. Serta memberikan nuansa lain dengan penggunaan bahasa China di beberapa dialog seakan-akan memberikan nilai tambah dalam keindahan novel.
Berdasarkan masalah tersebut, maka penulis berminat untuk menganalisis novel Assalamu’alaikum Beijing, namun penulis membatasi pada nilai moral dan nilai estetika. Dipilihnya nilai moral karena pada novel Assalamu’alaikum Beijing ini terdapat banyak nilai-nilai moral yang disampaikan seorang Asma Nadia dalam cerita. Suatu karya sastra yang baik adalah yang langsung memberi didikan kepada pembaca tentang budi pekerti dan nilai-nilai moral, sesungguhnya hal ini telah menyimpang dari hukum-hukum karya sastra sebagai karya seni dan menjadikan karya sastra sebagai alat pendidikan langsung sedangkan nilai seninya dijadikan atau secara tidak langsung disimpulkan dari corak-corak roman Indonesia yang mula-mula, ialah memberi pendidikan dan nasihat kepada pembaca (Pradopo, 1994:94). 
Berikut adalah salah satu kutipan yang menyatakan adanya sebuah nilai moral pada novel Assalamu’alaikum Beijing.
“Patah hati yang dialami dan berusaha dipulapakn perlahan merangkak kembali, menyisahkan nyeri, Dia tahu, setiap yang patah hati harus segera mencari obat penawar luka. Dan, bahwa mustahil hati terobati, tanpa berusaha move on, melanjutkan hidup sesegera mungkin, betapa pun sulit”(Assalamu’alaikum Beijing,133).
Dalam kutipan tersebut di ceritakan bahwa patah hati memang sulit , namun seseorang harus berusaha untuk bangkit sesegera mungkin untuk melangsungkan hidupnya. Bahwa ia harus berani melangkang ke depan untuk keberlangsungan hidupnya. Hal tersebut mengandung nilai moral keberanian dan realitas. Keberanian dan realitas bahwa ia untuk tetap mengsungkan hidupnya, salah satu caranya adalah dengan melupakan masa lalunya.
Berikut ini adalah salah satu kutipan yang menyatakan adanya sebuah nilai estetika pada novel Assalamu’alaikum Beijing.
Sekumpulan angin yang berbisik diantara kepak sepasang merpati juga nyanyian mistis tetes hujan saat pertunangan bunga dan kupu-kupu. Jika pernah kau mendengarnya, maka begitulah aku padamu.” (Assalmu’alaikum Beijing, 155).
Dalam kutipan tesebut mengandung nilai estetika dengan adanya majas personifikasi yaitu pada kalimat “Sekumpulan angin yang berbisik diantara kepak sepasang merpati juga nyanyian misti” yang melambangkan benda mati bertingkah laku seperti manusia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:391),  majas personifikasi adalah pengumpamaan (pelambangan) benda mati sebagai orang atau manusia, seperti bentuk pengumpamaan alam dan rembulan menjadi saksi sumpah setia.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diketahui rumusan masalah yang timbul dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Adakah nilai estetika dalam novel Assalamu’alaikum Beijing karya Asma Nadia?
2.      Nili-nilai moral apa sajakah yang ingin disampaikan oleh Asma Nadia dalam novel Assalamu’alikum Beijing?

Tujuan Penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.      untuk mendeskripsikan nilai keindahan atau nilai estetika pada novel Assalamu’alaikum Beijing karya Asma Nadia.
2.      untuk mendeskripsikan nilai moral pada novel Assalamu’alaikum Beijing.

B.     METODE
Penelitian ini menggambarkan apa yang menjadi masalah, kemudian menganalisis dan menafsirkan data yang ada. Metode analisis isi yang digunakan untuk menelaah isi dari suatu dokumen, dalam penelitian ini dokumen yang dimaksud adalah novel Assalamu’alaikum Beijing karya Asma Nadia. Data yang dibutuhkan adalah kutipan dalam novel Assalamu’alaikum Beijing.
Vredenbreght (1983:66-68), secara eksplisit menyebutkan bahwa metode analisis isi pertama kali digunakan di Amerika Serikat tahun 1926. Dalam metode analisis isi dalam karya sastra yang dimaksudkan adalah pesan-pesan, yang dengan sendirinya sesuai dengan hakikat karya sastra. Isi dalam metode analisis isi terdiri atas dua macam, yaitu isi laten dan isi komunikasi. Isi laten adalah isi yang terkandung dalam dokumen atau naskah, sedangkan isi komunikasi adalah pesan yang terkandung akibat komunikasi yang terjadi.
Menurut Suharsini (1993:192), teknik pengumpulan data adalah suatu cara yang efektif untuk menjaring data yang akurat. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik catat, karena datanya berupa teks. Adapun langkah-langkah dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut: membaca novel Assalamu’alaikum Beijing secara berulang-ulang, mencatat kalimat-kalimat yang menyatakan adanya nilai moral dan nilai estetika penafsiran terhadap kalimat-kalimat yang menyatakan adanya nilai moral dan nilai estetika, dan yang terakhir adalah deskripsi atau memaparkan hasil.
C.    PEMBAHASAN

1.      Nilai estetika dalam novel Assalamu’alaikum Beijing
a.       Pengertian Nilai Estetika
Budiardjo (1986:17) mengemukakan bahwa nilai adalah sesuatu yang dianggap benar dan baik, sesuatu yang diinginkan, atau sesuatu yang mempunyai harga. Nilai merupakan sesuatu yang menarik bagi manusia, sesuatu yang dapat menyenangkan, sesuatu yang disukai , dan sesuatu yang diingnkan, singkatnya sesuatu yang baik (Bertens, 1984:139).
Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa nilai adalah sesuatu yang baik, benar, memiliki harga, dan menjadi pedoman manusia dalam melakukan sesuatu hal.
Untuk istilah estetika berasal dari bahasa latin “aestheticus” atau bahasa Yunani “aestheticos” yang bersumber dari kata “aithe” yang berarti merasa” (www.wikipedia.com).
Menurut Effendy (1993:37),  estetika dapat didefinisikan sebagai susunan bagian dari suatu yang mengandung pola. Pola mana mempersatukan bagian-bagian tersebut yang mengandung keselarasan dari unsur-unsurnya, sehingga menimbulkan keindahan.
Sedangkan Ratna (2011: 141), estetika sastra adalah aspek-aspek keindahan yang terkandung dalam sastra. Pada umumnya, aspek-aspek keindahan sastra didominasi oleh gaya bahasa. Aspek-aspek keindahan lain yang terkandung dalam komposisi, seperti keseimbangan susunan alenia, bab, dan subbab, susunan bait, keseimbangan anatara dialog dengan improvisasi dalam drama, nada dan irama suara tukang cerita dalam dongeng. Secara fisik, aspek  estetika paling jelas ditandai melalui kover buku.
b.      Nilai Estetika dalam novel Assalamu’alaikum Beijing
Dalam novel Assalamu’alaikum Beijing penulis menggunakan berbagai macam gaya bahasa (majas) sehingga membuatnya tampak indah.  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 337), gaya bahasa atau majas adalah makna kiasan.
1)      Metafora
“Begitu sulit untuk meneruskan hidup, seteah seorang gadis merasa sebelah sayao yang selama ini menunjang patah. Bahkan sekedar untuk berjalan tegak tanpa oleng pun sukar. Dewa adalah sayapnya yang sebelah, Keseimbangan yang dibutuhkan”(Assalamu’alaikum Beijing,140).
Pada kalimat “Dewa adalah sayapnya yang sebelah” adalah bentuk ungkapan perbandingan secara langsung.
2)      Personifikasi
“Semburat samar di pipi yang kemudian menjelma tawa, melihat betapa kocak kelakuan Dewa yang langsung melonjak dan berputar-putar kegirangan seperti anak kecil, setelah mendengar jawaban Ra” (Assalamu’alaikum Beijing, 1).
Pada kalimat “Semburat samar di pipi yang kemudian menjelma tawa” adalah ungkapan perbandingan benda tak bernyawa (semburat samar di pipi) seolah-olah membunyai sifat seperti manusia (tertawa).
3)      Simile
Seakan ditelan bumi harapan akan hari-hari yang cerah yang dikiranya menjelang. Sejak Zhongwen mengungkapkan perasaan rindunya kepada gadis itu,, lewat pesan singkat di ponsel, beberapa waktu lalu” (Assalamu’alaikum Beijing, 158).
Pada kalimat “seakan ditelan bumi harapan akan hari-hari yang cerah yang dikiranya menjelang” terdapat kata “seakan” yang menyatakan kata depan.
4)      Simbolik
“Setelah bercakap-cakap sebentar, mennyakan keadaannya, lalu meletakkan sekeranjang buah tangan, keduanya berpamitan”(Assalamu’alaikum Beijing,160).
Pada kata “buah tangan” menggandung makna ungkapan buh-buahan di simbolkan sebagai buah tangan atau oleh-oleh.
5)      Antitesis
“ Hanya tak semua beruntung menemukan seseorang yang siap mendampingi dalam susah dan senang, sehat dan sakit, dalam rentang hidup dan hingga kematian menjemput”(Assalamu’alaikum Beijing,160).
Pada kata “susah dan senang”, “sehat dan sakit”, dan “hidup dan mati” menggangung ungkapan makna yang berlawanan arti.
6)      Hiperbola
“Sekeluarga merasa ditipu dan dipermalukan. Hatinya sakit. Berdarah-darah, sampai saat ini”(Assalamu’alaikum Beijing,75).
Pada kalimat “Hatinya sakit.Berdarah,darah” menggandung ungkapan yang berlebihan dalam menyatakan suatu rasa sakit.
2.      Nilai moral dalam novel Assalamu’alaikum Beijing
a.       Pengertian nilai Moral
Budiardjo (1986:17) mengemukakan bahwa nilai adalah sesuatu yang dianggap benar dan baik, sesuatu yang diinginkan, atau sesuatu yang mempunyai harga. Nilai merupakan sesuatu yang menarik bagi manusia, sesuatu yang dapat menyenangkan, sesuatu yang disukai , dan sesuatu yang diingnkan, singkatnya sesuatu yang baik (Bertens, 1984:139).
Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa nilai adalah sesuatu yang baik, benar, memiliki harga, dan menjadi pedoman manusia dalam melakukan sesuatu hal.
Moral adalah sesuatu yang berhubungan dengan norma perilaku yang baik menurut kerukunan etis, pribadi, kaidah sosial dan ajaran tentang perbuatan baik (Sudarsono, 1993:159).  Secara umum menurut KBBI, moral menyaran pada pengertian (ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya akhlak, budi pekerti, susila (Nurgiyantoro, 1994:320). Moral dalam cerita, menurut Kenny (1966: 89; dalam Nurgiyantoro:321), biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, yang dapat diambil (dan ditafsirkan) lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca.
Istilah moral berasal dari kata “mos/mores” yang berarti kebiasaan. Ia mengacu pada sejumlah ajaran, wejangan, khotbahtentang bagaimana manusia seharusnya hidup dan bertindak agar menjadi manusia yang baik (Nurani Soyomukti, 2011: 224).
Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa moral merupakan ajaran nilai kebaikan dan keburukan yang menjadi panduan manusia dalam bertindak dikehidupan bermasyarakat, sehingga manusia tetap hidup dalam aturan-aturan dan ketentuan yang telah disepakati bersama. Moral secara umum mengarah pada pengertian ajaran tentang baik buruk yang diterima mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, budi pekerti, dan sebagainya. Moral juga berarti ajaran yang baik dan buruk perbuatan, dan kelakuan (akhlak).
Menurut Wasono (1991:5) mengemukakan: Nilai moral pada dasarnya adalah nilai-nilai yang menyangkut masalah kesusilaan, masalah budi, yang erat kaitannya antara manusia dan makhluk-makhluk lain ciptaan Tuhan. Di sini manusia dibentuk untuk dapat membedakan antara perbuatan buruk dan yang baik.
Ajaran moral adalah yang bertalian dengan perbuatan atau kelakuan manusia pada hakekatnya merupakan kaidah atau pengertian yang menentukan hal-hal yang dianggap baik dan buruk (Poedjawianto, 1990:27).
Partiwintaro dkk, (1992:120) mengemukakan ajaran moral mengandung nilai moral meliputi: (1) nilai moral yang terkandung dalam hubungan antara manusia dengan dirinya sendiri, (2) nilai moral yang terkandung dalam hubungan antara manusia dengan sesama manusia, (3) nilai moral yang terkandung dalam hubungan manusia dengan alam semesta, (4) nilai moral yang terkandung dalam hubungan manusia dengan Tuhan.
Dari semua penjelasan tersebut disimpulkan bahwa nilai moral adalah aturan-aturan atau kaidah-kaidah yang dianggap baik dan buruk oleh manusia dan makhluk lain ciptaan Tuhan. Oleh karena itu, manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan harus dapat mengemban dan menerapkannya dengan bersikap dan berprilaku yang baik dan bertaqwa kepada Tuhan.
b.      Nilai moral pada novel Assalamu’alaikum Beijing
1)      Nilai kesetiaan.
“kemampuan bertahan, tak berpaling, tetap menjaga cina agar tak diberangus waktu. Keterampilan, tepatnya bukan sekedar kemampuan yang menjadi penting, apalagi ketika memasuki pernikahan”(Assalamu’alaikum Beijing,203).
2)      Nilai Keberanian dan kemandirian
“Aku bisa pergi ke rumah sakit sendiri!, Anita berlalu membawa air mata yang tumpah seperti curah hujan. Berharap Dewa akan sadar dan mengejarnya, lalu membujuk untuk mengantarkanya ke rumah sakit, seperti biasanya”(Assalamu’alaikum Beijing,170.
3)      Nilai kejujuran
“Dewa minta maaf, sebab sudah melakukan hal yang paling Dewa benci, dan dibenci semua orang yang sedang jatuh cinta. Dewa sudah mengkhianati Ra”(Assalamu’alaikum Beijing,6).
4)      Nilai toleransi (tolong-menolong)
“Asma menghembuskan nafas lega. Akhirnya pertolongan Allah datang juga lewat pemuda dengan rahang tegas yang kontras dan sepasang mata cerdas yang bersinar lembut”(Assalamu’alaikum Beijing,10).
5)      Nilai tanggung jawab
“Dewa memandang wajah mungil di pelukan istrinya yang tampak amat sangat nyaman. Sulit dipercaya, tetapi Anita sepertinya berusaha keras untuk menjadi ibu yang baik”(Assalamu’alaikum Beijing,297).
6)      Nilai ketulusan
“Sosok jangkung yang muncul dari balik pintu rumah, dan menawarkan satu keajaiban yang menjungkirbalikkan akal sehat sebagian besar orang. Datang tepat ketika Mama membutuhkan seseorang untuk anak gadisnya mendadak tak bisa melihat”(Assalamu’alaikum Beijing,305).


D.    SIMPULAN

Estetika sastra adalah aspek-aspek keindahan yang terkandung dalam sastra. Pada umumnya, aspek-aspek keindahan sastra didominasi oleh gaya bahasa. Dalam novel Assalamu’alaikum Beijing ini mengandung beberapa jenis gaya bahasa yaitu,
1.      Metafora
2.      Personifikasi
3.      Simile
4.      Simbolik
5.      Antitesis
6.      Hiperbola
Nilai moral pada dasarnya adalah nilai-nilai yang menyangkut masalah kesusilaan, masalah budi, yang erat kaitannya antara manusia dan makhluk-makhluk lain ciptaan Tuhan. Nilai moral dalam novel Assalamu’alaikum Beijing adalah sebagai berikut.
1.      Nilai kesetiaan
2.      Nilai keberanian dan kemandirian
3.      Nilai kejujuran
4.      Nilai toleransi (tolong-menolong)
5.      Nilai tanggung jawab
6.      Nilai ketulusan
DAFTAR PUSTAKA
Suharianto, S. 1982. Dasar-dasar Teori Sastra. Surakarta: Widyaduta.
Aminudin. 2009. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandug: sinar baru.
Semi, Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa.
Suseno, Frans Magnis. 1987. Etika Dasar Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral. Yogyakarta: Kanisius.
Semi, Atar. 1989. Kitik sastra. Bandung: Angkasa.
Alwi, Hasan dan Dendy Sugono. 2002. Telaah Bahasa dan Sastra. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Poedjawianto.1990. Etika Filsafat Tingkah Laku. Jakarta: Rineka Cipta.
Wadjiz Anwar. (1985). Filsafat Estetika. Yogyakarta:Penerbit Nur Cahaya.
Pantiwintaro, dkk. 1992. Pengkajian Nilai-Nilai Luhur Budaya Spiritual Bangsa Daerah Jawa Timur. Jakarta: Debdikbud.
Santoso,LH. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Surabaya:CV.Pustaka Agung Harapan.
Novel Assalamu’alaikum Beijing


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah pengertian membaca dan menulis serta pembelajaranya

Makalah Langkah-langkah Pembelajaran Apresiasi Drama

Bahasa Minangkabau