Karya Tulis Ilmiah
NILAI ESTETIKA DAN NILAI MORAL PADA
NOVEL ASSALAMU’ALAIKUM BEIJING KARYA ASMA NADIA
Oleh
Noor
siti Khoiriyah (13410033) , Jihan Primadhiyanti (13410010) , Devi Novali Arisanti
(13410037) , Dwi Setiyani (13410015)
Kelas
4A
ABSTRAK
Analaisis
terhadap nilai keindahan atau nilai estetika dan nilai moral cukup penting
karena menyangkut sesuatu yang dianggap indah dan memiliki sebuah nilai
kepribadian yang ada dalam sebuah masyarakat. Tujuan penulisan yang pertama
adalah untuk mendeskripsikan nilai keindahan atau nilai estetika pada novel Assalamu’alaikum Beijing karya Asma
Nadia. Sedangkan tujuan penulisan kedua adalah untuk mendeskripsikan nilai
moral pada novel Assalamu’alaikum Beijing.
Metode
yang digunakan dalam kajian ini adalah metode content analysis atau analisis isi. Metode analisis isi berhubungan
dengan isi komunikasi baik secara verbal dalam bentuk bahasa, maupun nonverbal
seperti arsitektur, pakaian. Dalam metode analisis isi sendiri dibagi menjadi
dua yaitu isi laten dan isi komunikasi. Isi laten adalah isi yang terkandung
dalam dokumen dan naskah, sedangkan isi komunikasi adalah pesan yang terkandung
sebagai akibat komunikasi yang terjadi.
Sumber
data penelitian ini adalah novel Assalamu’alaikum
Beijing. Data berupa kutipan kalimat di dalam novel yang menunjukkan adanya
nilai estetika dan moral.
Kata kunci:
nilai estetika, nilai moral.
A.
PENDAHULUAN
Karya sastra adalah sebuah struktur yang sangat komplek. Dalam
hubungannya dengan kehidupan, sastra adalah ekspresi kehidupan manusia yang
tidak terlepas dari akar masyarakatnya. Kehidupan yang dituangkan dalam
karya sastra mencakup hubungan manusia dengan lingkungan dan masyarakat,
hubungan sesama manusia, hubungan manusia dengan dirinya, dan hubungan manusia
dengan Tuhan. Meskipun demikian, sastra tetap diakui sebagai sebuah ilusi atau
khayalan dari kenyataan. Sastra tidak akan semata-mata menyodorkan fakta secara
mentah. Sastra bukan sekedar tiruan kenyataan, melainkan kenyataan yang telah
ditafsirkan oleh pengarang dari kehidupan yang ada disekitarnya. Jadi, karya
sastra adalah pengejawantahan kehidupan hasil pengamatan sastrawan atas
kehidupan sekitarnya (Suharianto, 1982:11).
Sastra ditulis atau diciptakan oleh seorang pengarang bukan
sekedar dibaca sendiri, melainkan ada ide gagasan, pengalaman dan amanat serta
nilai-nilai yang ingin disampaikannya kepada pembaca. Pengarang berharap apa
yang dituangkannya dapat menjadi sebuah masukan, sehingga pembaca dapat
mengambil nilai-nilai kehidupan dan mampu menginterprestasikannya dalam
kehidupan nyata. Menurut George Santayana (dalam Hasan dan Dendy,
2002:233) sastra dapat juga berperan sebagai penuntun hidup.
Novel sebagai salah satu karya sastra, merupakan sarana atau
media yang menggambarkan apa yang ada didalam pikiran pengarang. Ketika seorang
pengarang akan memunculkan nilai-nilai moralitas dalam karyanya, data-data atau
informasi yang ia kemukakan bisa berasal dari orang lain maupun dari
pengalamannya sendiri. Nilai-nilai tersebut adalah sebuah refleksi pandangan
dari bagaimana tingkah laku manusia dalam bermasyarakat. Informasi-informasi
yang telah diperoleh dan disertai dengan pengalaman kemudian ia bentuk dalam
sebuah kehidupan fiksi berbentuk cerita panjang, yang mengetengahkan
tokoh-tokoh dan menampakkan serangkaiaan peristiwa dan latar (setting) secara
terstruktur (Nor, 2004:26). Melalui tokoh-tokoh dan beragam rangkaian cerita,
pembaca diharapkan dapat mengambil hikmah dari pesan-pesan yang disampaikan
atau diamanatkan. Pengarang berusaha agar pembaca mampu memperoleh nilai-nilai
tersebut dan bisa merefleksikannya dalam kehidupan.
Dalam novel banyak kita jumpai nilai-nilai kehidupan, salah
satunya adalah moral. Moral merupakan perbuatan atau tindakan yang dilakukan
sesuai dengan ide-ide atau pendapat—pendapat umum yang diterima yang meliputi
kesatuan social lingkungan-lingkungan tertentu (Aminuddin, 2009:153).
Penggambaran moral yang ada dalam novel bisanya tak jauh tak jauh dari
lingkungan kehidupan pengarang. Dari sanalah digambarkan bagaimana perilaku
kehidupan masyarakat yang tampak, tentang pengambaran baik buruknya akhlak
manusia dalam bertingkah laku. Moral adalah ajaran baik buruk yang diterima
umum menjadi perbuatan sikap kewajiban akhlak budi pekerti dan susila
(Nurgiyantoro: 2007: 320-321).
Sejalan dengan pemikiran (Sudjiman,
1990:55) yang menyatakan bahwa novel
adalah
prosa rekaan yang panjang, menyuguhkan tokoh-tokoh, dan menampilkan serangkaian peristiwa
dan latar belakang secara terstruktur.
Dalam
novel memiliki dua unsur yang membangun sebuah novel, kedua unsur tersebut
adalah unsur instrisik dan unsur ektrinsik.
Keterpaduan
berbagai unsur-unsur baik intrinsik maupun ekstrinsik ini akan menjadikan sebuah novel yang
memiliki sebuah keindahan atau nilai estetika tersendiri.
Menurut
Ratna (2011: 141), estetika sastra adalah aspek-aspek keindahan yang terkandung
dalam sastra. Pada umumnya, aspek-aspek keindahan sastra didominasi oleh gaya
bahasa. Aspek-aspek keindahan lain yang terkandung dalam komposisi, seperti
keseimbangan susunan alenia, bab, dan subbab, susunan bait, keseimbangan
anatara dialog dengan improvisasi dalam drama, nada dan irama suara tukang
cerita dalam dongeng. Secara fisik, aspek
estetika paling jelas ditandai melalui kover buku.
Assalamu’alaikum
Beijing, merupakan salah satu novel yang mendapatkan respon
positif dari peminat sastra, salah satu buktinya adalah novel Assalamu’alaikum Beijing juga difilmkan.
Tingginya apresiasi masyarakat terhadap novel Assalamu’alaikum Beijing maupun filmnya menjadikan novel tersebut
masuk ke dalam jajaran novel cinta islami pembangun jiwa.
Isi
novel Assalamu’alaikum Beijing menegaskan
tentang keyakinan terhadap cinta, bahwa cinta bukan tentang lamanya menjalin
hubungan, akan tetapi sebuah proses dari perkenalan, adaptasi, kesamaan selera,
kebersamaan melewati berbagai ujian yang semuanya mensyaratkan tahapan waktu.
Penggunaan
diksi yang sederhana dan mudah dicerna memberikan kemudahan kepada pembaca dalam
memahami maksud yang ingin disampaikan oleh penulis. Penggunaan diksi dalam
setiap puisi di pembuka bab membuat daya tarik tersendiri. Serta memberikan
nuansa lain dengan penggunaan bahasa China di beberapa dialog seakan-akan
memberikan nilai tambah dalam keindahan novel.
Berdasarkan
masalah tersebut, maka penulis berminat untuk menganalisis novel Assalamu’alaikum Beijing, namun penulis
membatasi pada nilai moral dan nilai estetika. Dipilihnya nilai moral karena
pada novel Assalamu’alaikum Beijing
ini terdapat banyak nilai-nilai moral yang disampaikan seorang Asma Nadia dalam
cerita. Suatu karya sastra yang baik adalah yang langsung memberi didikan
kepada pembaca tentang budi pekerti dan nilai-nilai moral, sesungguhnya hal ini
telah menyimpang dari hukum-hukum karya sastra sebagai karya seni dan
menjadikan karya sastra sebagai alat pendidikan langsung sedangkan nilai
seninya dijadikan atau secara tidak langsung disimpulkan dari corak-corak roman
Indonesia yang mula-mula, ialah memberi pendidikan dan nasihat kepada pembaca
(Pradopo, 1994:94).
Berikut
adalah salah satu kutipan yang menyatakan adanya sebuah nilai moral pada novel Assalamu’alaikum Beijing.
“Patah
hati yang dialami dan berusaha dipulapakn perlahan merangkak kembali,
menyisahkan nyeri, Dia tahu, setiap yang patah hati harus segera mencari obat
penawar luka. Dan, bahwa mustahil hati terobati, tanpa berusaha move on,
melanjutkan hidup sesegera mungkin, betapa pun sulit”(Assalamu’alaikum
Beijing,133).
Dalam
kutipan tersebut di ceritakan bahwa patah hati memang sulit , namun seseorang
harus berusaha untuk bangkit sesegera mungkin untuk melangsungkan hidupnya.
Bahwa ia harus berani melangkang ke depan untuk keberlangsungan hidupnya. Hal
tersebut mengandung nilai moral keberanian dan realitas. Keberanian dan
realitas bahwa ia untuk tetap mengsungkan hidupnya, salah satu caranya adalah
dengan melupakan masa lalunya.
Berikut
ini adalah salah satu kutipan yang menyatakan adanya sebuah nilai estetika pada
novel Assalamu’alaikum Beijing.
“Sekumpulan angin yang berbisik diantara
kepak sepasang merpati juga nyanyian mistis tetes hujan saat pertunangan
bunga dan kupu-kupu. Jika pernah kau mendengarnya, maka begitulah aku padamu.”
(Assalmu’alaikum Beijing, 155).
Dalam
kutipan tesebut mengandung nilai estetika dengan adanya majas personifikasi
yaitu pada kalimat “Sekumpulan angin yang
berbisik diantara kepak sepasang merpati juga nyanyian misti” yang
melambangkan benda mati bertingkah laku seperti manusia. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2008:391), majas personifikasi
adalah pengumpamaan (pelambangan) benda mati sebagai orang atau manusia,
seperti bentuk pengumpamaan alam dan rembulan menjadi saksi sumpah setia.
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas dapat diketahui rumusan masalah yang timbul
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Adakah
nilai estetika dalam novel Assalamu’alaikum
Beijing karya Asma Nadia?
2. Nili-nilai
moral apa sajakah yang ingin disampaikan oleh Asma Nadia dalam novel Assalamu’alikum Beijing?
Tujuan Penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. untuk
mendeskripsikan nilai keindahan atau nilai estetika pada novel Assalamu’alaikum Beijing karya Asma
Nadia.
2. untuk
mendeskripsikan nilai moral pada novel Assalamu’alaikum
Beijing.
B. METODE
Penelitian
ini menggambarkan apa yang menjadi masalah, kemudian menganalisis dan
menafsirkan data yang ada. Metode analisis isi yang digunakan untuk menelaah
isi dari suatu dokumen, dalam penelitian ini dokumen yang dimaksud adalah novel
Assalamu’alaikum Beijing karya Asma
Nadia. Data yang dibutuhkan adalah kutipan dalam novel Assalamu’alaikum Beijing.
Vredenbreght
(1983:66-68), secara eksplisit menyebutkan bahwa metode analisis isi pertama
kali digunakan di Amerika Serikat tahun 1926. Dalam metode analisis isi dalam
karya sastra yang dimaksudkan adalah pesan-pesan, yang dengan sendirinya sesuai
dengan hakikat karya sastra. Isi dalam metode analisis isi terdiri atas dua
macam, yaitu isi laten dan isi komunikasi. Isi laten adalah isi yang terkandung
dalam dokumen atau naskah, sedangkan isi komunikasi adalah pesan yang
terkandung akibat komunikasi yang terjadi.
Menurut
Suharsini (1993:192), teknik pengumpulan data adalah suatu cara yang efektif
untuk menjaring data yang akurat. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik catat, karena datanya berupa teks. Adapun
langkah-langkah dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut: membaca novel Assalamu’alaikum Beijing secara
berulang-ulang, mencatat kalimat-kalimat yang menyatakan adanya nilai moral dan
nilai estetika penafsiran terhadap kalimat-kalimat yang menyatakan adanya nilai
moral dan nilai estetika, dan yang terakhir adalah deskripsi atau memaparkan
hasil.
C.
PEMBAHASAN
1. Nilai
estetika dalam novel Assalamu’alaikum Beijing
a. Pengertian
Nilai Estetika
Budiardjo (1986:17) mengemukakan bahwa nilai adalah
sesuatu yang dianggap benar dan baik, sesuatu yang diinginkan, atau sesuatu
yang mempunyai harga. Nilai merupakan sesuatu yang menarik bagi manusia,
sesuatu yang dapat menyenangkan, sesuatu yang disukai , dan sesuatu yang
diingnkan, singkatnya sesuatu yang baik (Bertens, 1984:139).
Dari pendapat di atas
disimpulkan bahwa nilai
adalah sesuatu yang baik, benar, memiliki harga, dan menjadi pedoman manusia
dalam melakukan sesuatu hal.
Untuk
istilah estetika berasal dari bahasa latin “aestheticus” atau bahasa Yunani
“aestheticos” yang bersumber dari kata “aithe” yang berarti merasa” (www.wikipedia.com).
Menurut
Effendy (1993:37), estetika dapat
didefinisikan sebagai susunan bagian dari suatu yang mengandung pola. Pola mana
mempersatukan bagian-bagian tersebut yang mengandung keselarasan dari
unsur-unsurnya, sehingga menimbulkan keindahan.
Sedangkan
Ratna (2011: 141), estetika sastra adalah aspek-aspek keindahan yang terkandung
dalam sastra. Pada umumnya, aspek-aspek keindahan sastra didominasi oleh gaya
bahasa. Aspek-aspek keindahan lain yang terkandung dalam komposisi, seperti
keseimbangan susunan alenia, bab, dan subbab, susunan bait, keseimbangan
anatara dialog dengan improvisasi dalam drama, nada dan irama suara tukang
cerita dalam dongeng. Secara fisik, aspek
estetika paling jelas ditandai melalui kover buku.
b. Nilai
Estetika dalam novel Assalamu’alaikum Beijing
Dalam
novel Assalamu’alaikum Beijing penulis menggunakan berbagai macam gaya bahasa
(majas) sehingga membuatnya tampak indah.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 337), gaya bahasa atau majas
adalah makna kiasan.
1) Metafora
“Begitu sulit untuk meneruskan
hidup, seteah seorang gadis merasa sebelah sayao yang selama ini menunjang
patah. Bahkan sekedar untuk berjalan tegak tanpa oleng pun sukar. Dewa adalah sayapnya yang sebelah,
Keseimbangan yang dibutuhkan”(Assalamu’alaikum Beijing,140).
Pada
kalimat “Dewa adalah sayapnya yang
sebelah” adalah bentuk ungkapan perbandingan secara langsung.
2) Personifikasi
“Semburat
samar di pipi yang kemudian menjelma tawa,
melihat betapa kocak kelakuan Dewa yang langsung melonjak dan berputar-putar
kegirangan seperti anak kecil, setelah mendengar jawaban Ra” (Assalamu’alaikum
Beijing, 1).
Pada
kalimat “Semburat samar di pipi yang kemudian menjelma tawa” adalah ungkapan
perbandingan benda tak bernyawa (semburat samar di pipi) seolah-olah membunyai
sifat seperti manusia (tertawa).
3) Simile
“Seakan ditelan bumi harapan akan hari-hari yang cerah yang
dikiranya menjelang. Sejak Zhongwen
mengungkapkan perasaan rindunya kepada gadis itu,, lewat pesan singkat di
ponsel, beberapa waktu lalu” (Assalamu’alaikum Beijing, 158).
Pada
kalimat “seakan ditelan bumi harapan akan hari-hari yang cerah yang dikiranya
menjelang” terdapat kata “seakan” yang menyatakan kata depan.
4) Simbolik
“Setelah bercakap-cakap sebentar,
mennyakan keadaannya, lalu meletakkan sekeranjang buah tangan, keduanya berpamitan”(Assalamu’alaikum Beijing,160).
Pada
kata “buah tangan” menggandung makna ungkapan buh-buahan di simbolkan sebagai
buah tangan atau oleh-oleh.
5) Antitesis
“ Hanya tak semua beruntung
menemukan seseorang yang siap mendampingi dalam susah dan senang, sehat dan sakit, dalam rentang hidup dan hingga
kematian menjemput”(Assalamu’alaikum Beijing,160).
Pada kata “susah dan
senang”, “sehat dan sakit”, dan “hidup dan mati” menggangung ungkapan makna
yang berlawanan arti.
6) Hiperbola
“Sekeluarga merasa ditipu dan
dipermalukan. Hatinya sakit.
Berdarah-darah, sampai saat ini”(Assalamu’alaikum Beijing,75).
Pada
kalimat “Hatinya sakit.Berdarah,darah” menggandung ungkapan yang berlebihan
dalam menyatakan suatu rasa sakit.
2. Nilai
moral dalam novel Assalamu’alaikum
Beijing
a. Pengertian
nilai Moral
Budiardjo (1986:17) mengemukakan bahwa nilai adalah
sesuatu yang dianggap benar dan baik, sesuatu yang diinginkan, atau sesuatu
yang mempunyai harga. Nilai merupakan sesuatu yang menarik bagi manusia,
sesuatu yang dapat menyenangkan, sesuatu yang disukai , dan sesuatu yang
diingnkan, singkatnya sesuatu yang baik (Bertens, 1984:139).
Dari pendapat di atas
disimpulkan bahwa nilai
adalah sesuatu yang baik, benar, memiliki harga, dan menjadi pedoman manusia
dalam melakukan sesuatu hal.
Moral adalah sesuatu yang berhubungan dengan norma
perilaku yang baik menurut kerukunan etis, pribadi, kaidah sosial dan ajaran
tentang perbuatan baik (Sudarsono, 1993:159). Secara umum menurut KBBI, moral menyaran pada
pengertian (ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan,
sikap, kewajiban, dan sebagainya akhlak, budi pekerti, susila
(Nurgiyantoro,
1994:320). Moral
dalam cerita, menurut Kenny (1966: 89; dalam Nurgiyantoro:321), biasanya
dimaksudkan sebagai suatu saran yang
berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, yang dapat
diambil (dan ditafsirkan) lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca.
Istilah
moral berasal dari kata “mos/mores” yang berarti kebiasaan. Ia mengacu pada
sejumlah ajaran, wejangan, khotbahtentang bagaimana manusia seharusnya hidup
dan bertindak agar menjadi manusia yang baik (Nurani Soyomukti, 2011: 224).
Dari
uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa moral merupakan ajaran nilai
kebaikan dan keburukan yang menjadi panduan manusia dalam bertindak dikehidupan
bermasyarakat, sehingga manusia tetap hidup dalam aturan-aturan dan ketentuan
yang telah disepakati bersama. Moral
secara umum mengarah pada pengertian ajaran tentang baik buruk yang diterima
mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, budi pekerti, dan sebagainya. Moral juga
berarti ajaran yang baik dan buruk perbuatan, dan kelakuan (akhlak).
Menurut
Wasono (1991:5)
mengemukakan: Nilai moral pada dasarnya adalah nilai-nilai yang menyangkut masalah kesusilaan, masalah budi, yang erat
kaitannya antara manusia dan makhluk-makhluk lain ciptaan Tuhan. Di sini
manusia dibentuk untuk dapat membedakan antara perbuatan buruk dan yang baik.
Ajaran moral adalah yang bertalian dengan perbuatan
atau kelakuan manusia pada hakekatnya merupakan kaidah atau pengertian yang
menentukan hal-hal yang dianggap baik dan buruk (Poedjawianto, 1990:27).
Partiwintaro dkk, (1992:120) mengemukakan ajaran moral
mengandung nilai moral meliputi: (1)
nilai moral yang terkandung
dalam hubungan antara manusia dengan dirinya sendiri, (2) nilai moral yang
terkandung dalam hubungan antara manusia dengan sesama manusia,
(3) nilai moral yang terkandung dalam hubungan manusia dengan alam semesta, (4) nilai moral yang terkandung
dalam hubungan manusia dengan Tuhan.
Dari semua penjelasan tersebut disimpulkan bahwa nilai moral adalah
aturan-aturan atau kaidah-kaidah yang dianggap baik dan buruk oleh manusia dan
makhluk lain ciptaan Tuhan. Oleh karena itu, manusia sebagai makhluk ciptaan
Tuhan harus dapat mengemban dan menerapkannya dengan bersikap dan berprilaku
yang baik dan bertaqwa kepada Tuhan.
b.
Nilai moral pada novel Assalamu’alaikum
Beijing
1)
Nilai kesetiaan.
“kemampuan bertahan, tak berpaling,
tetap menjaga cina agar tak diberangus waktu. Keterampilan, tepatnya bukan
sekedar kemampuan yang menjadi penting, apalagi ketika memasuki
pernikahan”(Assalamu’alaikum Beijing,203).
2)
Nilai Keberanian dan kemandirian
“Aku bisa
pergi ke rumah sakit sendiri!, Anita berlalu membawa air mata yang tumpah
seperti curah hujan. Berharap Dewa akan sadar dan mengejarnya, lalu membujuk
untuk mengantarkanya ke rumah sakit, seperti biasanya”(Assalamu’alaikum
Beijing,170.
3)
Nilai kejujuran
“Dewa minta maaf, sebab sudah
melakukan hal yang paling Dewa benci, dan dibenci semua orang yang sedang jatuh
cinta. Dewa sudah mengkhianati Ra”(Assalamu’alaikum Beijing,6).
4)
Nilai toleransi (tolong-menolong)
“Asma menghembuskan nafas lega.
Akhirnya pertolongan Allah datang juga lewat pemuda dengan rahang tegas yang
kontras dan sepasang mata cerdas yang bersinar lembut”(Assalamu’alaikum
Beijing,10).
5)
Nilai tanggung jawab
“Dewa memandang wajah mungil di
pelukan istrinya yang tampak amat sangat nyaman. Sulit dipercaya, tetapi Anita
sepertinya berusaha keras untuk menjadi ibu yang baik”(Assalamu’alaikum
Beijing,297).
6)
Nilai ketulusan
“Sosok jangkung yang muncul dari balik
pintu rumah, dan menawarkan satu keajaiban yang menjungkirbalikkan akal sehat
sebagian besar orang. Datang tepat ketika Mama membutuhkan seseorang untuk anak
gadisnya mendadak tak bisa melihat”(Assalamu’alaikum Beijing,305).
D.
SIMPULAN
Estetika
sastra adalah aspek-aspek keindahan yang terkandung dalam sastra. Pada umumnya,
aspek-aspek keindahan sastra didominasi oleh gaya bahasa. Dalam novel Assalamu’alaikum Beijing ini mengandung
beberapa jenis gaya bahasa yaitu,
1. Metafora
2. Personifikasi
3. Simile
4. Simbolik
5. Antitesis
6. Hiperbola
Nilai moral
pada dasarnya adalah nilai-nilai yang menyangkut masalah kesusilaan, masalah budi, yang erat
kaitannya antara manusia dan makhluk-makhluk lain ciptaan Tuhan.
Nilai moral dalam novel Assalamu’alaikum
Beijing adalah sebagai berikut.
1. Nilai
kesetiaan
2. Nilai
keberanian dan kemandirian
3. Nilai
kejujuran
4. Nilai
toleransi (tolong-menolong)
5. Nilai
tanggung jawab
6. Nilai
ketulusan
DAFTAR PUSTAKA
Suharianto, S.
1982. Dasar-dasar Teori Sastra. Surakarta: Widyaduta.
Aminudin. 2009. Pengantar
Apresiasi Karya Sastra. Bandug: sinar baru.
Semi, Atar.
1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa.
Suseno, Frans Magnis.
1987. Etika Dasar Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral. Yogyakarta:
Kanisius.
Semi,
Atar. 1989. Kitik sastra. Bandung: Angkasa.
Alwi, Hasan dan Dendy
Sugono. 2002. Telaah Bahasa dan Sastra. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Poedjawianto.1990. Etika
Filsafat Tingkah Laku. Jakarta: Rineka Cipta.
Wadjiz
Anwar. (1985). Filsafat Estetika. Yogyakarta:Penerbit Nur Cahaya.
Pantiwintaro, dkk. 1992. Pengkajian Nilai-Nilai Luhur Budaya Spiritual Bangsa Daerah Jawa Timur.
Jakarta: Debdikbud.
Santoso,LH.
2008. Kamus Bahasa Indonesia.
Surabaya:CV.Pustaka Agung Harapan.
Novel
Assalamu’alaikum Beijing
Komentar
Posting Komentar